Tgl 15-16 Januari 2014 kemarin kebetulan dapat tugas kantor ke Bali. Selesai meeting di daerah Mengwi, alhamdulillah masih sempat mampir ke Tanah Lot. Sampai Tanah Lot sekitar jam 17.00 WITA, uang masuknya sebesar 10.000 rupiah untuk turis domestik, sementara untuk turis asing sebesar 30.000 rupiah, saya tidak tahu mengapa dibedakan. Setelah foto-foto di sekitar salah satu Pura yang cukup legendaris ini, saya sempat mendengarkan pengumuman dari Sound System, kalau akan ada pertunjukan Tari Kecak jam 18:30 WITA di salah satu area di Tanah Lot. Harga tiket untuk menyaksikan pertunjukan ini sebesar 50.000 rupiah (baik untuk wisatawan domestik maupun asing). Sekitar jam 18:25 saya bersama rekan saya berjalan ke arah lokasi pertunjukan. Lokasinya berada di lapangan dengan kursi sebanyak 2 baris. kursi depan menggunakan kursi plastik, sementara yang belakang cukup permanen dan posisi duduk lebih tinggi dari kursi depan, menggunakan kursi dari kayu. Pertunjukannya sendiri baru mulai jam 18:45 an, mungkin menunggu kursi agak penuh dahulu. Seperti dugaan saya, pengunjung yang datang menyaksikan Tari Kecak ini sebagian besar berasal dari luar negeri, turis lokal bisa dihitung dengan sebelah jari. Pertunjukan diawali dengan kehadiran penari laki-laki bersarung motif papan catur, kemudian datang Pedande yang berdoa kemudian memberikan tetesan air ke seluruh penari tadi.
Tak lama berselang muncul dua penari wanita, dan berturut-turut penari satu persatu hadir dan bergantian. Tari kecak sebenarnya menampilkan kisah Ramayana, seperti di Candi Prambanan. Bedanya, jika di Candi Prambanan diiringi oleh musik gamelan, Tari kecak ini menggunakan suara mulut seperti Akapela sebagai pengiringnya. Suara cak-cak-cak selalu berbunyi berirama dipimpin oleh salah satu dari penari pria.
Tari selesai jam 19.30, diakhiri dengan penari menginjak-injak api yang dibakar di jerami. Setelah itu para penonton diajak berfoto bersama para penari.